Saturday, February 26

PROSES BELAJAR

Belajar adalah proses seumur hidup. Dimulai dari kita dibuahi sampai pada akhirnya nyawa ini lepas dari tubuh ini. Kita bias mendapatkannya baik secara formal dan informal. Prosesnya sendiri setelah diteliti dan diamati adalah proses yang cukup kompleks, serta Subhanallah, takjub dengan cara kerja otak dalam menyerap informasi untuk pembelajaran itu sendiri.

Sebutlah, teori otak triune menurut dr. Paul Maclean. Beliau membagi otak menjadi 3 bagian. (1) Otak reptile, otak primitive, berada di batang otak. Berfungsi sebagai mekanisme pertahanan, perlindungan terhadap bahaya fisik, mereka hanya mengenal dua mekanisme -lawan atau lari-, dan bereaksi langsung. (2) otak mamalia, atau biasa juga disebut otak mamalia tua. Yang dimiliki hampir semua mamalia. Berhubungan erat dengan emosi, dalam proses belajar sendiri otak ini berfungsi sebagai bank data jangka panjang, long term memory. Otak ini juga pengatur system hormonal dalam tubuh kita, system limbic. Karena kaitannya dengan emosi, otomatis di sinilah pusat mengenai kasih sayang, kebutuhan akan keluarga, dan keintiman lainnya. (3) neo cortex, ini yang membedakan kita dengan mamalia, kita mempunyai neo cortex yang digunakan untuk berfikir. Neo cortex sendiri adalah semacam lapisan atau selaput tipis yang melindungi otak. Segala hal dimulai di sini untuk proses menganalisa dan berfikir. Bekerja dengan logika, menganggapi dengan pemikiran yang beralasan, dan kreatifitas.

Ketiga otak ini berkerja sama dalam proses belajar. Sebutlah jika situasi keadaan sekitar kita tidak nyaman, membuat emosi kita menjadi buruk, otomatis dua otak pertama akan bergejolak, proses berfikir oleh neo cortex sendiri akan terganggu.

Kemudian dikembangkan lagi dengan teori pikiran. Yang membagi pemikiran menjadi 4 jenis. (1) pikiran sadar, tentu berhubungan dengan kesadaran yang tinggi. Berhubungan dengan perilaku mental, kognisi,, dan terkadang pembuat keputusan utama –tidak selalulunya-. Sebelum memasuki pikiran bawah sadar, kita akan bertemu dengan bemper, pikiran bawah sadar yang berfungsi sebagai penyaring, yaitu (2) pikiran analitis. Fungsinya tidak main-main. Dia akan menyaring benar-benar informasi yang masuk, positif atau negatif, bergantung dari penyaringnya ini sendiri. Yang nantinya dapat menjadi keyakinan dan kepercayaan diri. Cukup menarik tentang pemikiran analitis ini sendiri. Karena di sinilah awal tentang konsep diri. Akan diterangkan pada bagian lain tentang konsep diri ini sendiri. Pikiran analitis ini mencegah orang melampui kapasitas kita masing-masing, baik mental atau fisik. Dan memungkinkan kita bekerja pada area yang aman (comfort zone). (3) pikiran bawah sadar, kalau diibaratkan pikiran bawah sadar ini seperti gunung es. Dari luar kita akan melihat bagian kecilnya saja (pikiran sadar), tetapi di bawah permukaan, ternyata sangat luas. Penjelasan tentang pikiran ini masih kontroversional sampai sekarang. Kita tak jarang menganggap bahwa pikiran bawah sadar ini erat hubungannya dengan dunia cenayang, atau sixth sense. Sebenarnya bagian dari pikiran ini menyimpan banyak sekali informasi-informasi yang telah tersaring dari pikiran analitis. Dan mengendap ke dalam. Terkadang kita sendiri tidak menyadari kita telah menyimpan informasi tentang sesuatu permasalahan yang hampir sama sebelumnya. (4) pikiran instingtif. Bagian terakhir dari jenis-jenis pikiran. Yang terletak pada bagian terbawah, dan merupakan pertahanan ego. Kombinasi yang cukup baik, antara otak reptile dan mamalia. Otak reptile berfungsi sebagai pertahanan dari bahaya fisik, sedangkan pikiran instingtif sebagai pertahanan dari bahaya ego. Mereka bereaksi dengan cara yang hampir sama, LARI atau LAWAN. Keempatnya berfungsi secara simultan satu sama lain, mana yang lebih dominan, bergantung pada kita sendiri.

Kita membahas tentang masalah tentang area aman, atau lebih dikenal dengan comfort zone. Ternyata terjadi salah kaprah dalam penggunaan bahasa "keluar dari zona aman". Seharusnya, bahasa yang tepatnya adalah memperluas zona aman ini. Bukan keluar. Karena zona aman ini berguna untuk proses belajar secara keseluruhan. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, menurut teori Maclean tentang teori Triune nya, kita harus mampu memenuhi keadaan yang nyaman untuk dapat belajar dengan baik. Dan teori pikiran juga dapat dikombinasinya menjadi satu.

Dengan persepsi yang dibuat oleh otak sadar, disaring oleh pikiran analitis, kita akan mampu beradaptasi. Dengan adaptasi itu sendiri, sebenarnya kita memperluas zona nyaman kita sendiri. Sekali lagi, bukan untuk keluar dari zona nyaman, tapi PERLUASLAH ZONA NYAMAN !!!

Apabila ternyata pikiran analitis tidak mampu bekerja dengan baik, yang dihasilkan adalah sebuah respon negatif. Yang akan timbul pada akhirnya adalah pikiran instingtif berdasarkan informasi-informasi sebelumnya dari pikiran bawah sadar –LAWAN atau LARI-. Bukan sesuatu yang bagus, tidak selamanya juga buruk. proses belajar yang diharapkan menjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Proses pembelajaran ini sebenarnya berujung pada sebuah kebijaksanaan. Dan pengaplikasiannya ke dunia nyata. Dalam artian akan tercermin dari perilaku dan tindakan kita akan sesuatu hal. Ini hanyalah pendapat sepihak, tidak ada literatur pendukung tentang pendapat ini.

Pengaplikasian ini sendiri di dalam Islam dikenal dengan pengamalan. Apa yang kita ketahui, apa yang kita pelajari kemudian diamalkan dan bermanfaat bagi sesama, inilah yang disebut dengan amal.

Pembahasan tentang dua teori di atas, hal ini erat kaitannya dengan konsep diri. Sesuatu yang sangat urgent, yang kurang begitu disadari oleh sebagian kita. Semakin positif konsep diri seseorang, semakin baik dia menjalani kehidupan ini sendiri. Konsep diri ini sendiri bagai sebuah kunci pembuka peti harta karun.

Self consept atau konsep diri terdiri dari tiga komponen, yaitu (1) self ideal, atau diri ideal (2) self image, atau citra diri (3) self esteem, atau harga diri. Dengan memahami 3 komponen ini kita bisa mengupgrade computer mental kita, tentunya berimplikasi dengan proses pembelajaran kita.

Self ideal, menentukan sebagian besar arah hidup kita, arah perkembangan diri, pertumbuhan karakter dan kepribadian. Gambaran yang kita inginkan dalam diri kita. Kita akan mengambil sosok-sosok yang menjadi panutan kita. Biasanya memang gabungan sosok-sosok orang-orang yang kita kagumi, yang juga kita inginkan dalam diri kita. Bisa jadi kita mengambil kebijaksanaan Gandhi, semangat seorang teman, kecerdasan Einstein, atau keimanan Nabi Besar kita, Muhammad Saw. Bagian-bagian itu kita comot satu persatu, untuk memberikan gambaran ideal yang kita harapkan.

Self image, biasa dikenal dengan cermin diri. Self image merupakan cara kita melihat diri kita sendiri. Dengan adanya self ideal yang menjadi patokan kita, kita akan bertindak ke arah ideal. Sejalan menuju ideal tersebut kita akan melihat bagaimana diri kita sendiri, sudahkan mendekati seperti apa yang kita harapkan.

Ada perbenturan beberapa masalah di sini. Masalah adalah kesenjangan antara realita dan apa yang kita harapkan. Mengatasi permasalahan pada bagian ini dilakukan oleh pikiran analitis. Tak jarang malah kita tergelincir pada bagian ini. Terkadang kita perlu melihat masalah ini dengan cara yang berbeda dari biasanya, kemudian merespon dengan cara yang berbeda, tentu hasilnya juga akan berbeda. Dengan kita berhasil melalui hambatan ini tentu saja, akan berdampak dengan cara pandang kita, dan perluasan zona aman kita. Menyenangkan bukan ?

Self esteem, harga diri. Ini merupakan komponen yang bersifat emosional, dan paling penting untuk menentukan sikap dan kepribadian kita. Harga diri didefinisikan sebagai seberapa suka anda pada diri anda sendiri. Terdengar seperti Narsissius.
Tentu implikasinya bukan ke sana. Dengan semakin kita menyukai diri kita sendiri, kita akan menerima diri, hormat pada diri kita. Semakin kita merasa sebagai manusia yang berharga, maka semakin kita bersikap positif dan bahagia. Menerima diri adalah bagian dari mensyukuri, dengan apapun kelebihan dan kekurangan kita.

Pada part pada mind set berkembang, kita diharapkan untuk tidak statis. Dalam artian, kekurangan tersebut harus diminimalisir, dan kelebihan itu diberdayakan dengan baik. Tentu semua ini adalah proses belajar yang cukup kompeks yang mengantarkan kita ke samudera kebijaksanaan tanpa batas, tentunya untuk mencari keridhaan Allah Swt, semoga kebahagiaan di dunia dan akhirat melingkupi kita, amiiiiiin…

Mari merenung sejenak,
Apa yang telah terlewati, apa yang telah berhasil dicapai, evaluasi ulang sejenak, dimana letak kekurangan yang harus diperbaiki, dan apa puncak pencapaian yang ingin dicapai… selipkan nama Tuhan dalam langkah kita, insya Allah keberhasilan berpihak pada kita.

"Aku adalah seperti apa yang hamba Ku sangkakan kepada Ku"
(satu yang tertancap dalam di sana, Tuhanku Maha Penyayang…)

Happy weekend
°\(^▿^)/°
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

No comments: