Saturday, August 18

Unfaithfull ft. Marriage


Ramadhan terakhir yg cukup mengejutkan. Terobsesi menjadi inem malah berhenti di sini utk kembali menuliskan pemikiranku.

Unfaithfull ft. Marriage
Bukan sebaliknya. Apa itu? 

Pagi ini seorang adik, aku menganggapnya spt adikku sendiri, menceritakan kisahnya. Tragis. Baru menikah dan kemudian menerima gugatan cerai dari suaminya. Karena suaminya has the other person. Found somebody new. 

Reaksi pertama... Aku marah sama dia. Marah, kenapa dia bisa menikahi pria spt itu. Marah, kenapa dia bisa sampai sesalah ini. 

Reaksi kedua... Paranoid. Aku tau tidak ada seorang pun mau pernikahannya spt ini. Tidak ada. Inem pun tidak mau Kang Asep (entah siapa ini) menduakannya. Siapa yg bisa tau, takdir akan membawanya ke jalan spt ini. Bagaimana dg aku nanti? 

Reaksi ketiga... Sedih. Aku menangis sejadinya. Gabungan dari kemarahan dan ketakutan. Semua menjadi satu menjadi sebuah perasaan yg disebut dg kesedihan. Teraniaya dg orang yg bisa dan berharap bisa menjadi imam dan tempatnya berbagi hidup. Salah satu pegangannya yg cukup tangguh. Apa namanya semua ini??

...

Unfaithfull + Marriage

Semuanya menjadi hitam. Meniadakan kesatuan hati. Terjebak di dalamnya sama dg kehampaaan. Tidak ada satupun nada yang menjadikannya harmoni.

Harusnya mmg pernikahan dg bumbu ketidaksetiaan. Aku membuatnya menjadi pernikahan menjadi bumbu ketidaksetiaan. Menjadi semua tanpa makna apapun. Tidak menjadi apapun, tidak ada arti apapun. Seribu tahun kamu mencarinya. Kamu tidak akan menemukan apapun. Tidak ada satupun yang bisa kamu bangun.

Hidup meminta kamu menjadi lebih bijak dan lebih cerdas utk kamu lalui.
Tantangan yg kamu lalui, menguatkan kaki mu utk terus berdiri tegak dan melangkah.
Luka membuatmu menjadi manusia yg lebih lembut, mengajarkanmu utk dpt terus membagikan kasihmu.
Krisis membuatmu tumbuh.

Adikku,
Perih, lelah, kepingan hati yg tidak berbentuk, dan segalanya... Membuatmu menjadi lebih indah dari sekarang. Allah mempersiapkanmu menjadi sesuatu yg besar. Tetaplah merendah, agar kamu ttp dpt merasakan kasih sayangNya dan membagikannya ke sekelilingmu.

Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya.

Ramadhan terakhir, begitu berat utk berlalu. Semoga masih bisa merasakan Ramadhan tahun depan. Amiin...

Dan aku pun terus berperang melawan diriku, menundukkan kemarahanku dan ketakutanku. Untuk ttp yakin pada kebenaran sejati. Pada Sang Pemberi Hidup...

Aku pun akan terus terbang, melaju untuk mengarungi semua benua yg ada di bumi Nya... Sampai saatnya tiba. Semoga aku selali dilindungi dalam perjalanan ini. Amiin

Senia I. Hardita

No comments: