Tuesday, November 30

Mengejar tanpa berlari

Byk hal yg sbnrnya aku sendiri tdk bs memahami dg pasti, hanya dapat mensyukuri segala nikmatnya.

Ketika kembali ke rumah, kembali mengasuh dan menjaga Akbar. I'm back to facing really to be a mother for my dearest son, my only child (for now).

Dia bermasalah dg makan dan kesehatannya. Badannya yg kurus, kebiasaan mknnya yg sgt merepotkan dan badannya yg alergian. Alergi cuaca, debu, dan beberapa hal lainnya, khususnya pada masalah pernafasan. Terlebih lagi 2 bln sblm aku kembali bersamanya, dia hampir saja didiagnosa, foramen ovalenya tdk tertutup dg sempurna. Alhamdulillah, stlh bertanya dan berkonsultasi dg pakarnya, dg alat2 yg sedemikian canggihnya, tyt... Hy sepermili meter, foramen itu blm tertutup sempurna dan dpt diabaikan. Pdhl bunyi jantungnya, menunjukkan tanda-tanda yg berat.

Sebagai ibu, pada saat itu, aku benar-benar sangat cemas. Apabila suatu penyakit yg berkaitan dg jantung, hy memiliki satu alternatif yaitu pisau bedah. Kebayang, dg tubuhnya yg kecil, dia harus menjalani pembedahan besar di daerah jantungnya. Aku sudah tidak tahu lg rasanya. Kebetulan, saat itu aku didampingi oleh ibuku. Setidaknya aku masih bs berpura-pura kuat (dan itu berhasil), bahkan masih bisa mengemudikan mobil menuju RS di tengah padatnya Jakarta.

Anak ku besar di lingkungan yg tidak sempurna, seperti seharusnya seorang anak dibesarkan oleh kedua orang tua yg lengkap. Di balik ketidaklengkapan itu, dia sebenarnya lebih lengkap dari yg seharusnya. Perhatian dan kasih sayang utknya tidak pernah kurang sedikitpun. Karena aku paham betul, utk tumbuh sempurna seorang anak harus mendapatkan perhatian dan kasih sayang yg cukup. Ingat pesan seorang sahabat yg mengatakan, "kakak harus kuat, utk Akbar. Harus bisa menjadi ayah sekaligus ibu."
Ini adalah sebagian dari konsekuensi yg hrs aku terima dari pilihan yg telah ku pilih. Mungkin org agak aneh mendengar pilihanku. Ya pilihanku adalah.. "Aku ingin bahagia. Bagaimana aku bs memberikan kenyaman utk Akbar, sementara aku tidak nyaman dg keadaanku."

Ayahnya berada di satu kota yg sama, karena keadaan dan hal lain yg tidak dpt ku jelaskan. Aku merasa terkadang sosok ini sendiri terkadang hilang, dan tdk sesuai dg fungsinya. Aku hrs bs menghargai setiap kekurangan ayahnya Akbar. Wong kapasitasnya sgtu, memaksakannya malah akan menjadi bumerang utk diriku. Sebagai ibu, aku berusaha utk menggantikan fungsi ini, tnp mengecilkan ayahnya. Dan, tyt ayahku, juga secara tanpa sadarnya mengisi kekosongan fungsi ini. Thx to Allah Swt.

Melihat keadaan skrg, Akbar tidak pernah lg kesulitan dlm masalah makan, minum susu, isth dan lainnya. Malah sgt baik. Begitu juga dg kesehatannya. Pernah sekali dia sakit cukup parah, biasanya anak lain yg terkena penyakit spt itu sudah dirawat di RS, sementara dia tidak. Fase penyembuhannya pun termasuk cepat. Aku ada di sampingnya, aku yg merawatnya. Selebihnya, Alhamdulillah dia tdk pernah sakit.

Secara mental, dia tumbuh menjadi anak yg mempunyai percaya diri yg baik. Boleh percaya boleh tidak, dia mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari lingkungannya secara cukup. Bahkan lingkungan sekolahnya.

Hal ini membuatku sedikit terperanjat. Dia juga disayangi di sekolahnya. Setiap kali masuk gerbang sekolah, biasanya ada tmn2nya yg sudah menunggu. Satu sampai tiga orang, baik perempuan ataupun laki-laki. Menunggu bukan hanya menunggu, begitu Akbar sampai, mereka langsung merangkul, melepaskan tas dari pundak Akbar, dan mereka yg membawakan tas Akbar. DIBAWAKAN !! Smtr Akbar melenggang manis. Can u believe it ?? Dan itu berlangsung setiap hari. Belum lagi, kalau pulang mereka jg melakukan hal yg sama.

Apa dia pernah meminta diperlukan spt itu ? Aku rasa tidak.

Belum lg pemahamannya ttg hubungan antara aku dan ayahnya. Dia paham betul, kami memang tidak bersama lagi. Dia paham dg pilihan bundanya bukan ayahnya. Dan dia menghargainya. Sangat.

Ada bbrp hal yg membuat aku terdiam
(1) Ketika kami nonton tv berdua, mama masuk dan melihat kami. Beliau berkomentar, "ih, mirip bgt sih!"
Akbar lgsg lari ke kaca yg berada di depan kamar mandi. Dia berkaca, "ga mirip, ma !!!"
Trs lgsg berlari ke Mama, dan menggelendot manja. "Emg Akbar mau mirip siapa ?" Ty mama. Tau jawabannya... Dg senyum manjanya, dia berkata, "mirip ayah baru"
(2) Kejadian ini td pagi, di tv ada acara gossip yg kian hari kian aneh menurutku. Tiba-tiba dia bertanya padaku, "kapan bunda nikah ?"
Hey, klo mama atau bapak bertanya spt itu, wajar. Ini, Akbar ??
Dia pertanya dg segenap kejujurannya, bukan iseng atau mengolok-olok.
(3) Mama pernah iseng bertanya sama Akbar, "kamu nih sibuk tanya ayah baru-ayah baru. Bilanglah sama ayahmu, cari mamak baru."
"Tu mamak baru" sambil menunjukku. "bunda mana mau," Trs tertawa cekakakan.
"A'barr maunya ayah baru, ma !! Biar bunda bahagia. Senang. Trs ada yg sayang-sayang bunda."
Aku bengong. Karena, HE ONLY SIX YEARS. Aku sendiri tdk tahu dia dpt pemahaman ini dari mana. Haruskah aku mencarinya ??
(4) Pulang sekolah dg peluh yg membasahi seragamnya, dan sudah berantakan. Melihat mukanya aku sudah tau, dia agak-agak emosi. Begitu melihatku, dia bertanya, "bunda !!! MANA AYAH BARUNYA ?"
Huahahahahaha. Emosi karena itu toh. Ampun Akbar !! Bunda cuma bs memelukmu, tdk bs menjawab pertanyaanmu.

Yeah,
Aku bersyukur dipertemukan Allah dg Akbar. Abang (panggilan khusus, hy aku yg boleh memanggilnya Abang. Kalau orang lain memanggilnya spt itu ia akan marah).

Akbar itu... Entah bagaimana, sgt bisa merasakan apa yg aku rasakan. Membaca yg tak terbaca. Mendengar yg tak terdengar. Walau manja, tyt dia jg mampu memanjakan bundanya dg baik.

Mengejar tanpa berlari... Adalah keiklasan. Menjagamu (Akbar) adl ibadah bunda. Jika ada permintaanmu yg tak terjawab, serahkan pada Allah. Biarkan Allah membukakan pintunya. Terkadang, kita malah mengejarnya tnp perlu berlari. Spt pertemuan bunda dgmu, nak :)

I love u more with every breath
Senia I.H ®

No comments: